Friday, November 8, 2013

Izumiya Koi Farm (Translation English Text to Bahasa))

Rose in Japan
Again, this article is translation from its original source in English text to Bahasa. Those, who want to read in English may directly visit and read from his web-site. Interview was held on September 14, 2005.

(Article ini merupakan terjemahan dari sumber aslinya dalam bahasa inggris kedalam bahasa. Bagi mereka yang ingin membaca dalam bahasa inggris, silahkan kunjungi web-site ybs. Interview ini dilakukan pada 14 September 2005)

Featured Breeder
Add caption
Senichi Mano
Chairman of the board of Directors
All Japan Nishikigoi Promotion Association








Diantara banyak peternak koi di Niigata, Izumiya Koi Farm adalah salah satu traditional koi farm yang telah berdiri cukup lama dan "Mano San" adalah orang yang disenangi para peternak lainnya. Beliau memiliki predikat : Telah memenangkan kejuaraan pada 14thAll Japan Combined Nishikigoi Show 1982 and the Minister of Agriculture, Forestry and Fisheries prize in 41st Niigata Bogyosai.
Saat ini beliau sangat antusias untuk mengembangkan koi dengan cara-cara traditional  guna menghasilkan koi yang staminanya kuat.

Kami adalah generasi ke-3, didirikan oleh "Ichiro Mano San",  beliau adalah type orang yang tidak memikirkan profit semata-mata tetapi lebih mementingkan kepuasan konsumen.  Beliau mampu mengumpulkan 20-30 ekor sapi petarung (Tsunotsuki) hanya dengan menelpon penduduk sekitarnya karena beliau adalah orang yang memiliki kredibilitas. Diawalnya, selain koi bisnis, beliau  bekerja sebagai Bakuro/Hakuraku, yaitu: (a) orang yang ahli dalam menilai kwalitas seekor hewan besar dan berperan sebagai dokter hewan, (b) Pedagang hewan atau broker hewan. Ketika beliau membuka general store (toko kelontongan) dibidang pakan ternak sebagai pengganti bisnis sebelumnya sebagai Kachikusho (orang yang hidup dari berladang, berdagang dan broker hewan), beliau memberi nama tokonya "Izumiya" karena di area tersebut saat itu sedang musim semi. Saat itu beliau menjual tategoi yang dibeli dari peternak-peternak disekitarnya dan menjualnya kembali. Bahkan saya dengar "Ichiro Mano San" terkadang menukar (barter) koi dengan barang-barang antik dan barang-barang pecah belah.

Ketika kami masih kecil (level 4th grade), kami pernah mengalami kekurangan makan, jangankan memberi makan koi untuk makan sendiri saja susah. Kami mulai bekerja di bisnis koi setelah kami lulus SMP (yunior high school). Diawal, kami tidak memiliki apa-apa, kami tidak memiliki pakaian karet peternak, vinyl, tabung oxygeen dan mobil. Setiap hari kami berjalam ke peternakan (field pond) kami di wilayah pegunungan dan kembali dengan membawa ember air berisi koi, tujuan kami hanya ingin membesarkan koi-koi tersebut di lingkungan yang lebih baik dan kondisi ini memberi beban kerja yang berat bagi kami. Dibandingkan saat itu, sekarang bisnis kami sangat convenient dan kami tidak membesar-besarkan bahwa ini semua karena berkat Tuhan.


Ojiya city dan Yamakoshi adalah tempat asal muasal Nishikigoi dan merupakan tempat asal adanya Tsunotsuki bullfighting. Kami memulai di area ini dengan lahan fighting bull dan secara bertahap menyebar kesemua kehidupan. Berjalannya waktu, jumlah lahan farming bull semakin berkurang, tetapi Tsunotsuki sebagai kebudayaan traditional yang berharga masih tetap berlangsung. Diawal, koi-koi dibesarkan di kolam-kolam irigasi pengairan ke ladang-ladang padi, tetapi dengan berkurangnya fighting bull menjadikan koi lebih bernilai untuk kehidupan orang-orang.


Dengan mempertimbangkan semua point-point tersebut, bahwa koi adalah bagian pengembangan dari tradisi berladang dan bull rising, mereka saling berhubungan satu dan lainnya. Oleh karenanya, kami merasa bangga bahwa koi merupakan warisan dari tempo dulu seperti halnya dengan tradisi bull. Oleh karenanya, ketika kami membuat dasar kolam saya lakukan seperti layaknya para petani bekerja. Kami menggunakan bagian dari sapi dan pupuk organic. Koi-koi yang kami kawinkan (spawning) tidak secara artificial dan kami menggunakan kolam alamiah (field pond) sebisa mungkin dari pada menggunakan kolam-kolam tertutup (inhouse). Sepanjang yang kami amati bahwa koi yang diternakan dengan cara-cara alami/traditional akan lebih kuat daya tahan tubuhnya dibandingkan dengan cara-cara modern karena semasa pertumbuhannya tidak terlalu over-protected.

Kami fokus pembiakan koi secara alamiah/natural bukan hanya karena kebanggaan kami atas tradisi didaerah ini. Selama koi show, koi-koi kami bukan tergolong koi yang sekali mata memandang langsung tertarik (eye catching). Koi-koi kami cenderung tampil lebih plain, dikarenakan kami fokus kepada obdurability (tahan banting) agar para pencinta koi dapat menikmati keindahan koinya untuk jangka waktu yang panjang. Keindahan dan ukuran koi tentunya sebagai faktor utama yang menarik, tetapi kami berharap dan ingin agar para pencinta koi bisa mencintai dan membesarkan koi-koi nya untuk waktu bertahun-tahun kedepan.


Source: INPC Suporting Breeders

<koitutor@blogspot.com>

To be continued